oleh Mawar Kikan / Bilqis Kusuma pada 14 Juni 2011 jam 22:40
Seekor kupu kupu berdongeng
Kepada kupu kupu lainya
tentang indahnya taman mawar
Bahkan Bercerita tentang Angin...
juga tentang sang lak laki mimpi
lalu menciptakan syair yang dibaca lantang ditaman berduri
mewakili rasa sang angin
Engkau
Menatap dalam setiap kalimat sumbang
Menelanjangi setiap jengkal syair pincang
merambat waktu pada titik lesumu
menyapa angin yang tak juga mengeliat manja padamu
Siapa engkau wahai...
Menatap lekuk angin tak berkedip
Meraba angin yang tak sanggup kau baca tegas
merayap jengah mencandai kegamangan
Mencela angin dengan rasa puas
Ketika menyapa engkau di pagi yg gerah
memaksa untuk merasakan hal yang sama
Siapa Engkau
Suaramu tegas bagai badai
Menancap asa pada angin yg gusar
Sungguh kau menyapa hati
Namun angin terlalu angkuh untuk kau cumbui
Duhai engkau
Kata katamu bak aliran syair yg sakau dengan lantuman
Meratakan nuansa hening hingga sampai pusaran hasrat
Mendekap hangat bait bait sunyi memalung kearah mata angin
Kemudian kau diam
Tak lagi berkata kata bak sang penyair
Suaramupun sudah tak lagi nanar bagai elang
Kau kelelahan menantang angin
Kau terdiam tertampar angin
Lalu kau palingkan wajah bagai engan menyapa
Duhai engkau
Terkadang angin hanya lalu lalang menyapa mu
Mungkin hanya semilir desir menyentuh rambutmu
atau desah letih yang sempat kau tangkap dari lenguh sang angin
Entahlah hanya sempat kutangkap pesannya(Kupu kupu)
Ada rasa yang singgah menampar hatinya
Mungkin sekumpulan rindu tentang engkau mendekap angin
Bahkan tentang keabsurdtan yg kau baca tentang musim yang terbagi
Kau tetap ada didalam nya jangan pernah menguap tak bersisa
Jangan pernah pergi walau kau tak pernah ada
Menjadikan cinta mu bagai cinta platonis bagi sang angin
Terjaga rapi disingah sana hati
Tak tersentuh
Bahkan kau tak tau dimana angin...
Seekor kupu kupu terbang tinggi...mencari sang angin
Menyampaikan pesannya sudah diikrarkan ditaman mawar berduri
Kepada Sang laki laki mimpi